Ratna oktaviana

all about me

Jumat, 03 Agustus 2012

Lilin Perayaan Tahun ke - 3


Tepat 3 tahun yang lalu, mengawali sebuah cerita kehidupan yang tak tahu bagaimana akhirnya nanti. Berawal dari sebuah pertemuan tak sengaja, ku mengenalmu sebagai sosok yang tak peduli.
17 Juni ’08, hujan dimalam itu menemaniku membaca sebuah pesan yang tampak dilayar ponsel, tak seperti biasa, sebuah ungkapan perasaan berupa pertanyaan yang sedikit aneh. Berhari-hari kau menanti jawabku atas pertanyaanmu. Tepat sehari sebelum keberangkatanku ke luar kota, kau datang ketempat ku menuntut ilmu. Dengan seragam berbeda kau bercerita disampingku dengan gayamu yang khas  hingga kau lontarkan lagi pertanyaan itu. ‘Ya’, tak mengerti mengapa ku jawab begitu. Tapi jawaban itu yang kurasa pantas untukmu. 24 Juni 2008 tanggal istimewa untuk kita.
Waktu terus berjalan, kau membuat ku menjalani rentetan kejadian kejadian yang tak pernah kualami sebelumnya. Kau selalu membuatku tersenyum dengan tingkah dan cerita-ceritamu, mamberi kejutan disetiap moment special, berjuang untuk meminta ijin pada ayah agar kita dapat berlibur berhari-hari, berkorban sepenuhnya untuk mendapat sebuah restu keluargaku. Kau selalu mengusap airmata jika ku tak kuasa membendungnya, selalu mendengar segala keluh kesah yang kuceritakan, selalu menjaga saat ku terbaring lemah, kau selalu ada disetiap ku membutuhkanmu (meski terkadang kau sibuk dengan ‘Alammu’). Terlalu banyak hal hingga ku memandangmu sebagai makhluk sempurna dan akhirnya melahirkan sebuah ketergantungan padamu.
Tahun berganti tahun ku lewati denganmu. Namun dengan bertambahnya tahun, tak bertambah pula kesetiaanmu. Sebuah pengkhianatan yang benar-benar menyakitkan. Tak percaya, sedih, kecewa, semua membaur jadi satu. Kau menangis dihadapanku, namun itu tak dapat menghapus luka. Hanya diam, berharap air mataku tak jatuh juga, tapi tak bisa.
Kiniku mendapatkan  penggantimu namun berujung sama. Hanya saja kali ini dibiarkan menggantung hingga akhirnya lepas, tanpa ada kepastian. Kecewa (pasti), karena merasa tak dihargai. Tapi tak terlalu kupikirkan, karena ku berpendapat mungkin itu dapat membuatnya bahagia.
Kini (rasanya) tak ingin lagi ku membuka hati. Ku hanya ingin bintangku kembali. Berharap ada lilin untuk tahun ketiga sebagai perayaan seperti tahun sebelumnya. Meski ku tahu sekalipun lilin itu ada, kau akan membiarkanku duduk sendiri menatap api kecil hingga akhirnya mati.

Kau Tak Pernah Bahagia

Sudah cukup lama ku bersabar. Berusaha tak mengusik kehidupanmu dan dirinya. Berusaha tak lagi menjadikanmu lawan tapi kawan. Berjuta usaha yang ku tempuh tuk meyakinkanmu, dia, mereka dan semua bahwa ku tak mengharap masa itu kembali. Namun semua seakan sia-sia. Setiap langkahku, setiap ucapku selalu dikaitkan dengan satu nama. Dan kau selalu menyalahkan, menyudutkan hingga akhirnya semua isi hatiku meledak.
Mengapa kau tak menyalahkan mereka. Mereka yang lebih mengenalku sebagai pasangannya ketimbang sebagai kawannya. Mereka yang selalu mengaitkan namaku disetiap langkahnya. Mereka yang selalu membuat hidupku dekat dengan kehidupannya. Mereka yang membuat ku ada disaat dia ada.
Ku telah menemukan yang lain tapi kau tetap sangkutkanku pada satu nama itu. Dan ujungnya kau lagi-lagi menyalahkanku. Sampai akhirnya ku tak mengerti bagaimana alur pikiranmu.
Kadang ku tak mengerti apa salahku. Ku mengenalmu saja tidak, tiba-tiba kau hadir dan menghancurkan. Ku marah, kau menyalahkan kemarahanku. Ku bertindak dianggap pendendam. Kini ku diam, tapi malah kau usik kembali hidupku. Apa maumu?????
Terlalu sepikah, hingga harus kau kobarkan api agar ku menemani sunyinya hidupmu. Atau kau menginginkan bersaing denganku agar keberdaanmu dianggap oleh orang-orang disekitarku.
Terlalu miris rasanya ku melihatmu. Sampai rasa iba ku muncul atas dirimu yang seperti tak pernah bahagia, seperti tak punya Tuhan. Hidupmu selalu dihantui pikiran buruk, yang selalu takut akan kekalahan., yang hanya bisa menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, yang takut akan keterpurukan.
Jika kau selalu seperti itu, SELAMAT kau akan mendapatkan gelar orang yang tak akan pernah bahagia.